Join Group Whatsapp Member

Sama tapi Berbeda

Tangho's Journalist
0

 

    Seringkali kaum hawa kurang tepat dalam menghukumi darah yang keluar darinya, apakah ia darah haidh atau istihadhoh. Padahal haidh dan istihadhoh memiliki ciri hukum yang berbeda. Sebagai muslimah yang taat sudah sepantasnya kita lebih memperhatikan tentang hal ini.

            Haidh secara syara’ adalah darah yang keluar dari farji wanita secara alami, pada waktu tertentu dan bukan karena suatu sebab. Warna darah haidh ada bermacam-macam, keluarnya disertai rasa panas dan sakit. Batas minimal untuk masa haidh adalah sehari semalam/24 jam, baik keluar secara terus menerus atau terputus-putus selama 15 hari dan malam. Sedangkan waktu umumnya adalah 6-7 hari dan maksimalnya adalah 15 hari. Jadi apabila darah tersebut keluar pada selain waktu yang ditentukan maka darah tersebut bukan darah haidh, melainkan darah istihadhoh.

Pengertian darah istihadhoh adalah darah yang keluar dari permukaan rahim di selain masa haidh dan nifas. Para ulama menggolongkan mustahadhoh1 menjadi tujuh golongan, yakni :

1.      Mubtadiah Mumayyizah

Adalah wanita yang baru pertama kali mengalami haidh dan bisa membedakan warna darah dan memenuhi syarat-syarat tamyiiz. Adapun syarat-syarat tamyiiz, yaitu:

Darah yang kuat2 tidak kurang dari minimal masa haidh
Darah yang kuat tidak melebihi dari maksimal masa haidh
Darah yang lemah3 tidak kurang dari 15 hari (jika darahnya bersambung)
Darah yang lemah tidak disela-selai darah yang kuat

Hukum ini dipakai dalam menentukan darah haidh dan darah istihadhoh, darah yang kuat merupakan darah haid dan darah yang lemah merupakan darah istihadhoh. Sebagaimana dalam hadist Rasul.
“Apabila darahnya itu darah haidh maka sesungguhnya haidh itu adalah darah yang berwarna hitam, jika memang seperti itu maka kamu jangan melakukan sholat, tapi jika tidak wudhu’ dan shalatlah karena itu hanyalah iqrun4
Apabila salah satu dari hukum diatas tidak terpenuhi maka warna darah tidak menentukan mana yang haidh dan mana yang istihadhoh.

Mustahadhoh1                         : Wanita yang mengalami istihadhoh

Darah kuat2 (قوى)                : Memiliki warna hitam/merah pekat yang ada campuran hitamnya

Darah lemah3 (ضعيف)         : Darah yang memiliki warna, bau, dan kental lebih lemah dari darah kuat

Iqrun4                                  : Darah fasad bukan darah haid

2.      Mubtadiah Ghairu Mumayyizah

Adalah wanita yang pertama kali mengalami haidh dan hanya melihat satu warna darah atau lebih tapi tidak memenuhi salah satu syarat-syarat tamyiiz. Wanita pada golongan ini apabila mengeluarkan darah lebih dari 15 hari maka haidhnya yaitu sehari semalam dan sucinya adalah 29 hari. Hal ini karena haidhnya yang yakin adalah sehari semalam dan selebihnya adalah darah masykuuk (diragukan)

3.      Mu’tadah  Mumayyizah

Yakni wanita yang sudah terbiasa haidh sehingga memiliki kebiasaan dan mengetahui kapan dan berapa lama masa haidhnya. Maka apabila ia mengalami istihadoh, dia bisa menghukumi tamyiz dan apabila tidak terpenuhi maka dia menghukumi dengan kebiasaan haidh sebelumya.

4.      Mu’tadah Ghairu Mumayyizah Zdaakirah li Adaatiha Qadran Wa Waqtan

Mu’tadah  ini adalah wanita yang bukan mumayyizah dan mengetahui kebiasaan haidhnya yang terdahulu, maka hukumnya kembali kepada adah (kebiasaan). Kebiasaan ini ditetapkan dengan kebiasaan haidh dan suci walaupun hanya sekali. Misal, seseorang kebiasaan haidhnya 6 hari, pada bulan selanjutnya menjadi 7 hari,  dan di bulan selanjutnya lagi dia mengalami istihadoh, maka hukumnya jika dia bukan mumayyizah haidhnya adalah 7 hari.  Walaupun haidh yang ke tujuh hari hanya terjadi sekali. Dalam kata lain jika siklusnya berubah maka ketika dia mengalami istihadoh, kebiasaan siklus yang diikuti adalah siklus yang terakhir sebelum dia mengalami istihadoh.

5.      Mutahayirah Mutlaqah

Adalah wanita yang lupa kebiasaan haidhnya, baik kapan datangnya haidh atau kadar waktunya, atau lupa kapan permulaan siklus haidhnya. Wanita Mutahayirah ini harus bersikap ihtiyaath, karena semua darah yang keluar kemungkinan haidh juga istihadoh. Adapun makna ihtiyyath disini adalah dia harus memposisikan diri seperti wanita yang haidh dalam hal bersenang-senang antara pusar dan lutut, membaca Al-Qur’an diselain waktu sholat, menyentuh dan membaca  mushaf dan berdiam di dalam masjid dan seperti wanita yang suci dalam hal sholat, thawaf, puasa, thalaq, dan mandi besar.

6.      Mu’taadah Ghairu Mumayyizah Zaakirah Li’ Aadasiha Qadran Duuna Waqtin

Adalah wanita yang mengetahui jumlah haidhnya namun lupa kapan datangnya, maka hari- hari yang diyakini haidh dihukumi haidh, dan hari yang diyakini suci dihukumi istihadoh, dan pada hari yang diragukan haidh dan sucinya dia harus ihtiyyat seperti wanita  mutahayyirah muthalaqah. Apabila di hari-hari tersebut ada kemungkinan berhentinya darah pada waktu tertentu, maka dia wajib mandi pada waktu itu disetiap harinya, jika tidak diketahui waktu berhentinya maka dia harus mandi setiap kali akan melaksanakan  shalat.

7.      Mu’tadah Ghairu Mumayyizah Zakirah Li’ Aadatiha  Waqtan Duuna Qadrin

Wanita mu’tadah ini hanya mengingat waktu keluarnya haidh dan lupa  berapa jumlahnya. Seperti seseorang berkata, permulaan haidhku  adalah hari pertama disetiap bulan, namun aku tidak tau berapa lama aku haidh, maka hari pertama disetiap bulan adalah haidh yang yakin, kemudian dia harus mandi setelah itu dan dari ke 2 sampai hari ke 15 berkemungkinan haidh dan suci, maka dia wajib shalat dan mandi setiap kali akan shalat, dan  setelah 15 hari sampai akhir bulan adalah masa suci yang yakin, maka cukup berwudhu disetiap kali akan shalat.

            Kemudian apabila seorang wanita mendapati darah berwarna kuning seperti nanah atau keruh antara kekuning-kuningan dan kehitam-hitaman maka apabila hal ini terjadi saat haidh atau bersambung dengan waktu haidh sebelum suci maka itu merupakan darah haidh. Jika terjadi setelah suci maka merupakan darah istihadoh.

Aisyah radiyallahuanhu berkata :

“janganlah tergesa-gesa sebelum kamu melihat lendir putih”

Maksudnya adalah cairan putih yang keluar dari rahim pada sehabis masa haidh. Jadi sebagai Muslimah kita harus sangat teliti dalam hal ini ya dears , jangan sampai salah lagi. (windy & auli).

Referensi : Kitab Risalatul Mahid

                  Kitab fathul qorib

                  Kitab Minhajul Qowim

                  Kitab Minhu At- Tholibin  Wa Umaatu Al- Muftiin

                  Kitab Fathul Al -Wahhab

 

 

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)