Seiring kemajuan zaman kini banyak pesantren
yang memadukan pendidikan ganda yaitu pendidikan yang bersifat duniawi (sekolah
formal) dan pendidikan ukhrowi (madrasah diniyah) hai ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat yang dulu mengenal pondok pesantren sebagai
lembaga pendidikan yang tradisionalis, lembaga pendidikan yang tidak mengenal
sekolah formal.kini dengan hadirnya perpaduan tersebut hati masyarakat mulai
tergugah, hal ini bisa di lihat dari berbondong-bondongnya masyarakatyang
berdatangan dari beberapa pelosok daerah, untuk memasukan putra-putrinya menimba
ilmu di pesantren. Mereka para orang tua menaruh harapan kepada anak-anaknya
kelak, menginginkan seorang anak yang berakhlakul karimah yang bisa mengikuti
zaman dan mampu menjadi penerang dan penegak keadilan dalam krisisnya kebenaran
di era yang semain maju ini. Harapan ini akan menjadi kenyataan apabila ada
dorongan semangat dan motivasi orang tua terhadap anaknya dan bagi si calon
persegi (santri) bisa betah tinggal hidup di pondok pesantren, untuk itu ada
beberapa rumus bagi si calon persegi agar bisa betah tinggal di pondok, yaitu
sebagai berikut :
1.
Buatlah
kamar-kamar kita seperti rumah kita sendiri
Hal ini penting karena kamar adalah tempat kita kembali setelah kita selesai melakukan kegiatan, tempatnya bercanda, berkumpul bersama dengan anggota kamar. maka dari itu tahap pertama adalah bangunlah kamar-kamar kita seperti halnya sebuah keluarga di rumah, carilah sosok ayah\ibu/kakak yang selalu membela anggota kamar, bentuklah rasa persatuan dan rasa saling menghargai, saling menghormati antara sesama anggota kamar.
2.
Temukan teman
sejati
Memang semua santri yang terdapat di pondok adalah statusnya teman kita,
tapi dari ratusan santri tersebut kalau kita filter lagi lebih dalam, ada yang
namanya teman sejati. Teman sejati adalah teman yang membenarkan kita apabila
salah, dan mengatakan benar serta mendukumg manakala tindakan benar, bukan
sebaliknya. Hindarilah teman yang suka bermalas –malasan, senangnya hura-hura dan
malakukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya, carilah teman yang mempunyai jiwa
positif, aktif dalam mengikuti kegiatan – kegiatan pondok, anti yang
namanya ta ziran
(hukuman) dan teman yang saling menyemangati manakala bangunan – bangunan
semangat kita roboh. hal ini sebenarnya sudah ada petunjuk dari ulama mengenai
cara memilih teman yang baik, sepeti yang dikatakan oleh ulama dalam kitab
“Ta’limul Muta’alim” dalam pembahasannya mengenai cara memilih teman
واما اختيار
الشريك فينبغي ان يختار المجد والورع وصاحب الطبع المستقيم المتفهم ويفر من
الكسلان والمعطل والمكثار والمفسد والفتان
Artinya;dan dalam memilih teaman hendaknya
memilih teman orang yang tekun, wira’i, berwatak jujur, dan mudah memahami
masaalah, dan hendaklah menjauh dari teman yang pemalas, pengangguran, crewet,
suka mengacau, dan gemar menfitnah.
Jadi segeralah temukan teman sejati kita.
3. Ciptakanlah penyemangat diri
Rasa semangat di butuhkan kepada para pejuang
sejati, dan kita semua yang ada di pondok ini adalah seorang pejuang sejati
yang tidak kenal lelah memerangi musuh kita dari pagi sampai malam yaitu
kebodohan, untuk itu sudah saatnya harus menciptakan penyemangat diri supaya
tujuan kita sebagai pejuang dalam memerangi kebodohan bisa tercapai,
penyemangat diri bisa di ciptakan melalui misalnya: pesan dan harapan orang
tua, ingin bertambahnya ilmu, atau pesan-pesan nasehat para kyai\ibu nyai.
4. Jadikanlah
pengurus sebagai ganti orangtua di rumah
Pengurus bukan sosok yang menyeramkan, mereka
semua sama seperti santri pada umumnya, namun bedanya mereka sudah diberi
amanah oleh para masayikh untuk ikut membantu mengurus santri, jika mereka
dimintai bantuan insya alloh akan membantu,jadikanlah mereka sebagai tempat
untuk memecahkan masalah,baik masalah teman, pelajaran maupun masalah pribadi
sekalipun, karena mereka semua orang tua di pondok dan pengganti orang tua kita
di rumah, walaupun terkadang mereka galak, itu semua adalah demi kebaikan
semua, karena didalam lubuk hati mereka sudah terpatri kata-kata “cintai
pondok sebisa mungkin dan semampunya” jadi, jika ada salah satu santri
yang melanggar peraturan yang bisa membawa dampak buruk terhadap citra pondok
pesantren tentunya mereka akan marah, kekasih mana yang rela melihat yang
dicintai disakiti, begitulah kira-kira gambaran bentuk rasa cinta pengurus pada
pondok pesantrenya.
5. Bergaulah yang fleksibel
Seperti halnya dhomir (Na) yang di kutip dalam
bait alfiyah
للرفع
والنصب وجرنا صلح # كاعرف بنافإننانلناالمنح
Artinya: dhomir (na) dalam keadaan i’rob
rofa’, nashob, jer tetap (na).
hikmah yang harus kita tiru yaitu santri itu
harus mampu mengadaptasikan diri dengan keadaan sekitarnya, dan bisa bergaul
yang fleksibel seperti halnya dhomir(na) dalam keadaan i’rob rofa’,nashob,dan
jer. jadilah santri yang dikamarnya sendiri bisa beradaptasi,dikelas sekolah
mampu bergaul,di kelas madrasahnya ya oke. karena dengan hal inilah santri bisa
hidup bahagia di pondok dan bisa meraih apa yang di cita-citakan.
6. sempatkanlah otak untuk melakukan penyegaran
Otak kita perlu disegarkan, komputer saja perlu di refresh apalagi otak, tentunya perlu di segarkan kembali setelah beberapa kegiatan-kegiatan yang di lalui, minimal satu minggu sekali,dan di pondok kita hari jum’at adalah moment untuk menyegarkan kembali otak kita, maka dari itu harus memanfaatkan moment ini dengan baik dengan melakukan hal-hal yang berguna untuk menyegarkan otak, mulai dari berolahraga, bermain atau kegiatan-kegiatan yang lain.
@riska
Semangat Ngajinya Adick"
BalasHapus