Bagi setiap
santri pondok pesantren Tanbihul Ghofilin, musyawarah menjadi salah satu media
penting untuk muroja`ah (mengulas kembali pelajaran yang telah diterima). Yang
mana, kegiatan musyawaroh dijadwalkan setiap hari kecuali malam Jumat. Dimulai
pada pukul 20.00 sampai 21.30. Lokasinya berada di beberapa tempat mulai dari
aula, belakang aula, aula Miftahul Janah, aula Roudhotul Janah, dan area maqom.
Kegiatan musyawaroh atau yang lebih dikenal dengan nama syawiran ini diikuti
oleh seluruh santri Madrasah Diniyah dari kelas Tamhidi sampai kelas Ibtida
Tsalis.
Namun, dari
tahun ke tahun timbul beberapa kemunduran metode. Mulai dari kegiatan belajar santri
yang kurang kondusif, ada juga yang pulang lebih awal dari jadwal yang telah
ditentukan, terkadang juga ada beberapa anak yang hanya bercanda dan mengobrol
serta belajar sistem roisan (dipimpin salah seorang santri maju kedepan
untuk menjelaskan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya) yang sudah tidak
berlaku lagi. Tentunya kondisi ini sangat miris bukan?.
Kemudian
ketika pihak Masyayikh mengetahui hal tersebut akhirnya mereka mengubah metode
syawiran. Kegiatan syawiran yang awalnya diisi dengan takror, roisan, lalu
dilanjutkan dengan mengerjakan tugas sekolah. Sekarang berubah, kegiatan
syawiran diubah dengan masih ada takror, namun kegiatan roisan diganti menjadi membaca
kitab kuning, hafalan dengan saling menyimak melalui antara satu orang dengan
teman dan lainnya, setelah itu barulah dilanjutkan dengan mengerjakan tugas
sekolah dan Madrsah Diniyah. Namun, disini santri memerlukan spesifikasi waktu
agar kegiatan syawiran lebih terstruktur. Dan santri juga membutuhkan
pendampingan yang lebih efisien, apalagi dari wali kelas.
Dari metode
baru ini santri menjadi lebih tertib dan setiap anak memiliki patner untuk
belajar khususnya dalam hafalan. Mereka juga bisa saling menyemangati dalam
menghafal dan berbagi pemahaman dalam semua pelajaran baik sekolah ataupun Madrasah
Diniyyah.