Menjaga kesehatan sesama manusia tentunya perbuatan yang terhormat. Apalagi mengingat masa-masa pandemi covid-19. Saat virus menyebar dan menular dengan mudahnya. Maka, kita harus memiliki ketahanan tubuh yang lebih kuat. Kepedulian pun sangat di butuhkan.
Bentuk kepedulian pada kesehatan tidak harus menjadi dokter dan ikut
menangani, melainkan bisa dilakukan dengan menjaga kedisiplinan mulai dari diri sendiri untuk
menaati protokol kesehatan. Seperti yang telah diterapkan oleh Pondok Pesantren
Tanbihul Ghofilin. Hingga akhirnya,mengantarkan pada penobatkan sebagai juara tiga duta
Pondok Pesantren dan pelopor menuju kebiasaan baru dalam menghadapi covid -19.
Penobatan tersebut, bermula dari dilema para pengasuh Pon-Pes se-Jawa
Tengah dalam memulangkan kembali santri ke pesantren, sedangkan keadaannya
berada dalam hiruk pikuk pandemi covid. Kemudian
munculah ide dari pihak Pon-Pes Tanbihul Ghofilin, dimana pihak pon-pes bekerjasama
dengan dinkes kabupaten, dan nantinya ketika santri kembali ke pesantren harus
melewati pemeriksaan serta melewati karantina selama 14 hari. Selain itu,
santri yang berdomisili di daerah zona merah akan dicek rapid dan swab.
Sehingga, jika terjadi gejala akan mudah diketahui dan ditangani. Karena, kalau semua santri
harus melewati tes swab, dikhawatirkan akan menyulitkan wali santri, mengingat
biaya untuk swab tidaklah sedikit. “Namun, dengan adanya karantina, dapat
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan,” ungkap Dokter Agung yang biasa
menangani pasien di poskestren.
Kemudian ide tersebut disampaikan ke Wakil Gubernur Jateng. Lalu
pada suatu event, Pon-Pes Tanbihul Ghofilin diundang, tentu untuk menyampaikan aspirasinya tersebut. Alhasil, ide tersebut disetujui, bahkan
dijadikan sebagai acuan keberangkatan santri ke pesantren wilayah Jateng. Dari situlah, Pon Pes Tanbihul Ghofilin
disebut sebagai pelopor, langsung oleh wagub Jateng.
Tak terhenti sampai disitu, penerapan protokol
kesehatan terus ditekankan. Tujuannya, tak lain adalah agar semua
santri yang telah terkumpul di pesantren, tetap dalam keadaan aman. Beberapa
sistempun ikut berevolusi. Seperti pendidikan, keamanan, keuangan, hingga
sambangan. Perubahan tersebut terlihat dari peningkatan
kedisiplinan santri dengan selalu memakai masker; jaga jarak baik saat
pengajian, sholat berjama’ah, maupun kegiatan lainnya; cuci tangan dimanapun,
karena pesantren sigap menyediakan tempat cuci tangan di setiap tempat-tempat
strategis serta dilengkapi dengan sabun yang diproduksi sendiri oleh Mahasiswa
STAI Tanbihul Ghofilin, kalaupun tidak memungkinkan untuk cuci tangan, tersedia
handsanitizer yang dapat dipakai kapanpun; penjagaan ketat juga dilakukan
dengan tersedianya pos-pos di gerbang peantren, tujuannya tak lain untuk
menjaga keamanan serta mengurangi kontak dengan orang-orang yang berada di luar
pesantren. Peningkatan juga terlihat pada
kebersihan. Apalagi, dari Seksi Kebersihan mengadakan perlombaan
kebdisprokes (kebersihan dan disiplin protokol kesehatan) dibantu oleh Dewan
Ma’arif yang diikuti oleh setiap komplek di asrama pon pes. Para santri juga
menunjukkan partisipasinya melalui sikap berlomba-lomba dalam kebersihan.
Artinya ada hikmah dari semua itu,yang membuat para santri memiliki kesadaran lebih pada
kebersihan dan kesehatan.