![]() |
image by: muslimah, id.pinterest.com |
Hentak langkah mengalun lekas
Degup kala itu menyertai ruang kepanikan
Pada setiap gebrak-gebrak halang rintang
Bak sinetron, nasib di ambang penentuan
Yang menyertaiku kala itu,
Ar-Rahman, Allah Sang Maha Penyayang
Dengan menyebut nama-Nya,
Merebut Nasib, kembalikan nuansa aman
Berkedok dewasa,
Junjungan tinggi martabat dilakoni
Dengan tuntutan sejahtera yang dicabik argument kiri
Di ujung pertahanan,
Senjata kemanusiaan kuacungi sebagai hak diri
Dan, di antara urusan lain yang bertubrukan,
Logika memaku, memilahnya sebagai titik utama
Sebab, mengorban di atas perjuangan lainnya,
Ketika itu tidak bernilai seiras realita
Menyelamatkan Nasib
Yang kuakui sebagai evaluasi hidup
Salah yang kuanggap pantas diperbaiki
Bahkan, bela sungkawa atas timbangan risiko kali ini,
Merasa pantas kupegangi,
Sebagai penentu kualitas pribadi
Sang Maha Pengingat,
Menyentuhku lagi dan lagi, yang membuatku merunduk malu
Mengetuk kepalaku, tiap congak berliku padaku
Tak terkecuali kali ini, berkelokku dihentak,
Agar tegak melurus
Siapa aku?
Tumpahan kasih-Mu, merasa hangat mendekapku
Terketuk, tiap-tiap celah punah kehambaanku
Untuk kembali, tetap lurus menjadi baik,
Maha Pengingat menyentuh nasibku,
Tersalur kasih sayang,
Diberi kacau dan berantakan.
Mungkin memang benar, untuk kembaliku pada-Mu,
Engkau perlu mengacau berantakkan nasibku..
Jos
BalasHapus