Join Group Whatsapp Member

Makna, Kekhususan, dan Amalan Utama Hari Tasyrik

Munha
0

gemini.goggle.com

Hari Tasyrik adalah sebutan untuk tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, tiga hari setelah Hari Raya Idul Adha. Dalam ajaran Islam, hari-hari ini memiliki keistimewaan tersendiri sebagai waktu untuk makan, minum, dan berzikir. Bahkan termasuk hari hari yang diharamkan untuk berpuasa. Mengapa demikian?


Asal Penamaan Hari Tasyrik

Secara bahasa, kata "Tasyriq" berarti "penghadapan ke arah timur" maksudnya, menghadap ke arah sinar matahari. Namun, alasan penamaannya memiliki beberapa tafsir dari para ulama sebagai berikut:

  • Menjemur Daging Kurban

Pendapat paling umum menyatakan bahwa Hari Tasyrik dinamai demikian karena umat Islam pada zaman dahulu menjemur daging kurban mereka (mendendeng dan menghamparkan di bawah terik matahari) agar lebih awet.

  • Waktu Penyembelihan Kurban

Ada juga yang berpendapat bahwa penamaan ini muncul karena hewan kurban tidak disembelih kecuali setelah matahari memancarkan sinarnya.

  • Waktu Shalat Idul Adha

Sebagian ulama berpandangan bahwa disebut hari Tasyrik karena shalat Idul Adha dilaksanakan ketika matahari memancarkan cahaya.

  • Takbir Setelah Shalat

Sementara ulama lain mengatakan, "Tasyrik" merujuk pada takbir yang dikumandangkan setiap selesai shalat pada hari-hari tersebut.


Jumlah Hari Tasyrik

        Perihal rentang waktu Hari Tasyrik, ulama memang berbeda pandangan. Meskipun sebagian menyatakan dua hari, pendapat yang kuat dan populer adalah tiga hari, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Asqalani dalam Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari.


Kekhususan Hari Tasyrik, Hari Makan, Minum, dan Dzikir

        Hari Tasyrik dikenal sebagai "hari makan dan minum." Ini ditegaskan dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Nubaisyah Al-Hudzali:

عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَزَادَ فِي رواية وَذِكْرٍ لِلَّهِ

        Artinya: “Dari Nubaisyah Al-Hudzali, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Hari Tasyrik adalah hari makan, minum (pada riwayat lain), dan hari zikir,’” (HR Muslim).

 

        Berdasarkan hadis ini, Islam melarang melaksanakan ibadah puasa di Hari Tasyrik. Imam Syafi’i dalam qaul jadid-nya (pendapat baru) mengatakan bahwa larangan puasa pada Hari Tasyrik ini sama dengan larangan puasa pada yaumus syak (hari yang diragukan apakah sudah masuk awal Ramadhan atau belum).


Amalan Utama di Hari Tasyrik

Meskipun dilarang berpuasa, Hari Tasyrik justru menjadi kesempatan emas untuk memperbanyak amalan ibadah lainnya. Beberapa amalan pilihan yang bisa dikerjakan di hari-hari tersebut antara lain:

  • Memperbanyak Takbir

Mengumandangkan lafal takbir sangat dianjurkan. Imam Bukhari mengutip sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah yang bertakbir pada Hari Tasyrik, dan Muhammad bin Ali yang bertakbir setelah shalat sunah.

  • Memperbanyak Tahlil dan Tahmid

Selain takbir, bacaan tahlil (لا إله إلا الله - la ilaha illallah) dan tahmid (الحمد لله - alhamdulillah) juga sangat penting. Ibnu Hajar Al-Asqalani mengutip riwayat hadis yang menganjurkan umat Islam untuk membaca tahlil, tahmid, dan takbir.

  • Beragam Jenis Amal Ibadah

Abi Jamrah menegaskan bahwa amal apa pun yang dikerjakan pada Hari Tasyrik memiliki nilai yang lebih utama daripada amal yang sama di luar hari tersebut. Pandangan ini juga dikutip oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany.

Dengan demikian, Hari Tasyrik adalah waktu yang istimewa untuk bersukacita atas nikmat Allah melalui hidangan dan minuman, serta memperbanyak zikir dan segala bentuk amal kebaikan.


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)