![]() |
AswajaPedia |
Munculnya berbagai aliran Islam di
Nusantara, menjadi latar belakang dari lahirnya kitab karya Kyai Hasyim Asy’ari
yang berjudul Risalah Ahli Sunnah wal Jama’ah. Di dalamnya terdapat sepuluh
pasal dengan pokok pembahasan sebagai berikut:
1.
Pasal pertama, membahas
pemahaman mengenai pengertian dari kata “sunnah” dan “bid’ah”. Kedua istilah
tersebut dibahas dari segi etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah). Hal
ini menjadi penting sebab banyak orang yang masih kurang bisa memahami tentang dua
kata tersebut.
2.
Pasal kedua, pembahasan
selanjutnya merujuk tentang kondisi keagamaan (Islam) masyarakat (Nusantara)
pada sekitar tahun1330 M.
3.
Pasal ketiga, dilanjutkan
membahas tentang garis perjuangan ulama salaf, makna yang terkandung dari
istilah “sawad al-a’dzam (umat terbesar)” dan pentingnya berpegang teguh pada
salah satu dari mazhab empat.
4.
Pasal keempat,
tentang kewajiban taqlid bagi orang yang tidak memiliki keahlian ijtihad.
5.
Pasal kelima, berlanjut
mengingatkan pentingnya berhati-hati dalam belajar agama dan keilmuan, serta
bahaya fitnah dari ahli bid’ah, kaum munafiq dan para pemuka agama yang
menyesatkan.
![]() |
Kompas.com |
6.
Pasal keenam, pembahasan
hadits-hadit mengenai merebaknya bid’ah dan gambaran kondisi kebodohan akhir
zaman.
7.
Pasal ketujuh,
mengulas soal dosa orang yang mengajak kepada kesesatan atau memberikan teladan
yang buruk.
8.
Pasal kedelapan,
membahas tetang keterpecahan umat Islam menjadi 73 golongan, serta asal pokok
golongan yang sesat. Pasal ini juga menjelasan mengenai kelompok Ahlussunnah
wal Jamaah adalah satu-satunya yang selamat kelak.
9.
Pasal kesembilan, menjelaskan
tentang tanda-tanda hari kiamat.
10. Pasal kesepuluh, pasal terakhir kitab ini menjelaskan tentang
hadits-hadits yang berkaitan dengan kondisi orang yang sudah meninggal, bahwa
mereka mampu mendengar dan berbicara serta bagaimana kehidupan barunya setelah
meninggal.
Dalam kitab ini KH.
Hasyim Asy’ari tidak hanya menukil pendapat para ulama terdahulu, namun beliau
juga memberikan penjelasannya. Selain itu, kitab ini bukan hanya bermanfaat
untuk memahami, menilai dan membedakan sunnah dan bid’ah, melainkan juga
memberikan gambaran mengenai posisi keagamaan para ulama pesantren pada masa
itu menurut pandangan K.H Hasyim Asy’ari.