![]() |
Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW sedang berjalan menuju masjid untuk
menjalankan sholat ‘ied. Di perjalanan, beliau melihat ada beberapa anak yang sedang bermain.
Namun, ada satu anak laki-laki yang hanya duduk terdiam di
pinggir lapangan. Kemudian, Nabi Muhammad SAW menghampiri anak laki-laki tersebut.
Beliau bertanya “Mengapa kamu duduk menyendiri disini?
Sedangkan teman-temanmu bermain di lapangan”.
Anak itu hanya menangis sesenggukan, ia tidak tahu bahwa orang yang bertanya kepadanya adalah
Nabi Muhammad. ”Sudahlah, tinggalkan aku sendiri di sini. Sesungguhnya, ayahku baru saja wafat karena gugur di medan perang
bersama Nabi Muhammad dan ibuku menikah lagi dengan suami barunya.
Ibu
meninggalkanku, aku tidak di beri makan, harta bendaku di ambil oleh suami baru ibuku.
Aku di usir dari rumah,
tidak ada makanan, minuman,
pakaian, maupun tempat tinggal. Aku merasa iri ketika melihat teman-temanku bermain
dengan ayahnya, mereka juga mengenakan pakaian baru di hari raya”.
Ucap anak kecil malang tadi,
dia kembali menangis.
Kemudian
Nabi Muhammad SAW membujuknya
“Maukah kamu, jika aku menjadi ayahmu, Aisyah menjadi ibumu, Fatimah menjadi saudara perempuanmu, Ali menjadi pamanmu, dan Hasan Husain menjadi saudara laki-lakimu?”.
![]() |
Lalu anak laki-laki itu sadar
yang sedang bersamanya adalah Rosululloh, ia pun menjawabnya dengan pertanyaan “Apakah Nabi Muhammad ridho?”. Ucap anak kecil tadi dengan wajah melasnya.
Nabi Muhammad SAW meraih tangan anak tersebut sembari
bersabda “Ikutlah bersamaku, lalu aku akan memberimu pakaian yang bagus
dan aku akan memberimu makanan”. Anak tersebut mengangguk setuju.
Pada suatu hari, anak laki-laki itu keluar dari rumah
Nabi Muhammad SAW berlari menuju kearah teman-temannya dengan riang gembira. Teman-temannya
pun melihat
dengan heran anak laki-laki itu. Salah
satu di antara mereka membuka suara “ Mengapa sekarang kau terlihat begitu
gembira sedangkan kemarin kau terlihat sangat bersedih?”.
Anak
tersebut menjawab dengan
mengulaskan senyum “Karena kemarin aku merasa lapar dan sekarang aku sudah
kenyang, kemarin aku juga tidak memakai pakaian yang layak, sedangkan sekarang
aku sudah memakai pakaian yang layak. Dulu aku seorang anak yatim, namun sekarang Nabi Muhammad SAW telah mengangkatku
menjadi putranya dan dia sekarang menjadi ayahku”,
jelas anak laki-laki tersebut.
Teman-temannya mengangguk paham, mereka merasa iri pada
anak tersebut. Teman- temannya berangan “Andai saja ayahku wafat dan gugur di
medan perang, pasti Nabi Muhammad SAW sudah mengangkatku menjadi putranya”.
Selang beberapa tahun, anak laki-laki itu kembali
bersedih dengan wafatnya Rosululloh. Kemudian, anak itu pergi menjauh sambil menangis, dia mengambil segenggam
debu di tangannya dan ia hamburkan diatas kepala. Sambil menangis
ia berkata “ Dulu aku hanya seorang
anak yatim lalu aku sudah menjadi putra Rasulullah SAW,
dan sekarang aku kembali yatim “. Tanpa ia sadari, Abu Bakar telah merangkul bahu anak
tersebut dan membawa anak itu ke dalam dekapannya.
Kisah pilu ini dikutip dari kitab An Nawadhir karya Syekh Syihabuddin Al Qolyubi,
pada saat kegiatan balagh Ramadhan pondok pesantren Tanbihul Ghofilin.